Salam Morning Inspiration
Sepanjang
perjalanan hidup, sadarkah kita, saat ada teman yang sedang bermasalah,
kita mudah sekali memberikan solusi (ide/saran/nasihat) untuk mereka?
Namun, saat kita mengalami masalah yang sama, kok rasanya sulit sekali
menemukan solusi sendiri ya?
Inilah
karakteristik asosiasi/disosiasi. Saat orang lain yang punya masalah,
kita terdisosiasi dari masalahnya sehingga kita bisa melihat masalah
tersebut dengan jernih. Lalu, kita pun bisa memikirkan solusi-solusi
yang memungkinkan.
Sementara
saat kita yang mengalami masalah, kita terasosiasi dengan masalah
tersebut. Sehingga kita tidak dapat melihat masalah dengan jernih,
solusi pun menjadi sulit ditemukan.
Ini
ibarat pemain bola dan komentator sepak bola. Dimana-mana, komentator
sepak bola itu lebih pintar daripada pemainnya. Mengapa? Karena dia
disosiasi dari permainan, sehingga ia dapat menganalisis permainan dari
berbagai sudut pandang. Apa yang terjadi bila di ajadi pemain? Bisa jadi
dia tidak akan sehebat saat jadi komentator, karena saat menjadi pemain
dia terasosiasi dengan permainannya. Dia merasakan emosi dan lelahnya
berlari.
Inilah kekuatan disosiasi dan asosiasi.
Mengapa
ada orang yang kaku dan kritis, sementara ada orang yang luwes dan
menyenangkan? Orang menjadi kaku dan kritis biasanya karena dia berada
dalam mode disosiasi saat bertemu dengan orang lain. Orang menjadi luwes
dan menyenangkan biasanya karena dia berada dalam mode asosiasi saat
bertemu dengan orang lain.
Pernah
diajari metode visualisasi untuk mewujudkan impian? Mana yang lebih
efektif: kita visualisasi secara asosiasi atau disosiasi?
Banyak
yang mengajarkan visualiasi secara asosiasi. Kita diminta membayangkan
dan merasakan seakan-akan sudah mencapai tujuan kita. Lalu, apa yang
terjadi? Kita merasa puas, karena merasa sudah mencapainya… lalu kita
berhenti berusaha. Dampaknya, tujuan kita pun tidak tercapai.
Akan
lebih baik bila setelah asosiasi, kita disosiasi dari pengalaman
tersebut. Melihat diri kita di sana sudah mencapai tujuan kita. Sehingga
kita tergerak untuk mencapainya. Bahkan, jika ingin semakin efektif,
kita bayangkan juga diri kita sedang dalam proses bertindak – bekerja
keras mencapainya. Ini lebih efektif menggerakkan kita.
caranya:
Bila
Anda sedang mengalami masalah, duduklah di sebuah kursi. Rasakan
masalahnya (asosiasi). Lalu, berdiri dari kursi tersebut, melangkah satu
langkah dan berbalik melihat ke arah kursi. Bayangkan di kursi tersebut
duduk diri Anda yang punya masalah (disosiasi). Bila ini masih sulit,
bayangkan orang yang punya masalah di kursi itu adalah orang lain.
Sekarang, dalam posisi disosiasi ini, tanyakan ke diri Anda: nasihat apa
yang bisa saya berikan ke dia?
0 Komentar