
Belajar neuroparenting (pendekatan pengasuhan berbasis ilmu saraf dan psikologi perkembangan) makin dianggap penting sekarang karena beberapa alasan:
- Ilmu tentang otak anak makin jelas
o Riset neurosains menunjukkan bahwa 80–90% koneksi saraf terbentuk pesat di 0–6 tahun. Pola asuh yang tepat di fase ini berpengaruh besar pada kecerdasan, emosi, dan perilaku jangka panjang.
o Memahami cara kerja otak membantu orang tua mendampingi anak sesuai tahap perkembangannya.
- Tantangan zaman semakin kompleks
o Anak tumbuh di era digital, informasi cepat, dan tekanan sosial yang berbeda dengan generasi sebelumnya.
o Neuroparenting memberi orang tua cara membimbing anak agar tetap sehat mental, adaptif, dan berkarakter di tengah perubahan.
- Mengurangi pola asuh yang merugikan
o Banyak kebiasaan lama (misalnya hukuman fisik, bentakan) terbukti bisa menghambat pembentukan jalur saraf yang mendukung empati, percaya diri, dan kemampuan berpikir kritis.
o Dengan memahami respon otak terhadap stres, orang tua bisa memilih cara mendisiplinkan anak yang lebih positif dan efektif.
- Mendukung perkembangan emosi dan hubungan yang sehat
Neuroparenting menekankan kelekatan (attachment) yang aman, empati, dan komunikasi positif. Ini penting untuk mencegah masalah perilaku, kecemasan, atau depresi di kemudian hari.
- Mempersiapkan anak untuk masa depan
Dunia kerja mendatang menuntut kreativitas, kemampuan sosial, dan regulasi emosi, bukan sekadar hafalan. Neuroparenting membantu menumbuhkan keterampilan tersebut sejak dini.
- Meningkatkan kepercayaan diri orang tua
Memahami “mengapa” di balik perilaku anak membuat orang tua lebih tenang, tidak mudah frustrasi, dan lebih siap menghadapi tantangan pengasuhan.
0 Komentar