Dengan alasan anak tidak dapat mengikuti pelajaran karena pelajaran disampaikan dengan cara yang tidak sesuai dengan cara belajarnya. Anak mengalami kesulitan belajar karena alasan pribadi yang berkaitan dengan pengajar. Misalnya, ada anak yang tidak menyukai pelajaran tertentu karena ia tidak menyukai kepribadian pengajarnya. Dapat pula ia tidak menyukai pengajarnya karena pernah diejek atau dipermalukan. Bahkan, mereka mengalami kejenuhan dalam belajar akibat perlakuan teman yang tidak bersahabat.
Akhirnya, ia tidak suka ke sekolah
bahkan konsentrasi belajarnya menurun karena ia seringkali merasa takut untuk
sekolah dan bertemu dengan guru atau teman di kelasnya. Anak mengalami
kejenuhan juga karena akibat masalah dirumah. Masalah orang tua pada akhirnya
menjadi masalah anak juga dan sangat berpengaruh dengan kondisi anak. Anak
mengalami kesukaran belajar sebab baginya bermain jauh lebih menyenangkan
daripada belajar dengan teknologi membuat anak asyik bermain dan lupa waktu dan
tanggungjawab. Selain itu, anak menjadi malas belajar adalah karena “label”
yang diberikan orang di sekelilingnya sehingga menimbulkan keyakinan bahwa
dirinya malas belajar, yang akhirnya berdampak pada perilaku malas belajar.
Sebelum melakukan penanganan lebih lanjut, orantua berefleksi terlebih dahulu tentang anak, contoh hal-hal seperti:
Apakah gaya belajar anak terakomodir dikelasnya?
Apa yang paling menarik anak Anda lakukan selain belajar dan memotivasinya?
Apakah orang tua sang anak sering mengatakan kata-kata “malas” kepada anaknya?
Apa yang membuat anak menjadi malas dan tidak termotivasi dalam belajar?
dll
Segala sesuatu yang dilarang, penuh tekanan intonasi dan ada emosi di dalamnya, itulah yang akan diingat terus oleh anak ketika ia mendengarnya. Apabila dalam kesehariannya ia sering mendengar kata “jangan” atau “tidak boleh” atau “nakal kamu, ya!” atau “anak yang malas” dan kata-kata negatif lainnya, hampir dipastikan, kata-kata itulah yang selalu didengar dan ditanamkan dalam hati. Ucapan bunda/ayah akan menjadi doa buat anaknya. Jadi jika si bunda/ayah mengucap kata-kata negatif terhadap anaknya, maka bisa saja anak itu menjadi anak yang berperilaku negatif pula.
Orang tua hendaknya memikirkan hal-hal yang positif saja terhadap anaknya, juga berbicara dengan lembut (intonasi tidak meninggi). Kata-kata positif yang diucapkan dengan intonasi yang positif akan ditangkap pikiran bawah sadar anak sebagai kesan positif. Karena perkataan orang tua sangat menentukan proses kemandirian anak, maka hendaknya orang tua mampu mengucapkan kata-kata positif saja di depan anak.
Semua Tertuang dalam Buku SANG PARENTING
HARGA BUKU 156K
PEMESANANAN KE 08122351627
0 Komentar